Krisis Iman kepada Tuhan
Ada
sebuah pembicaraan, antara seorang tukang cukur dengan seorang konsumennya.
Suatu ketika di sore hari, sang tukang cukur berkata kepada konsumennya,
“Setelah saya pikir-pikir, Tuhan itu ga ada loh.” Sang konsumen, tak
berkomentar.
Di manakah Tuhan? |
“Jika
Tuhan ada, mengapa masih ada yg miskin? Mengapa banyak musibah yg datang silih
berganti? Mengapa para pejabat korup? Mengapa marak terjadi pencopetan,
pencurian, perampokan, pelecehan seksual hingga pemerkosaan, pembunuhan,
kerusuhan & tawuran, peperangan, dsb? Itulah bukti, Tuhan itu ga ada”,
masih perkataan sang tukang cukur tersebut. Tetap, sang konsumen diam tanpa
kata nyambil tersenyum mendengarkan. “Kalo Tuhan ada, seharusnya dengan
mudahnya berbagai kekacauan tadi hilang seketika, bahkan tak akan terjadi”, lanjut
sang tukang cukur berkata.
Sang
tukang cukur, masih melanjutkan perkataannya & tetap sang konsumen hanya
diam membisu nyambil terus tersenyum mendengarkan. Tanpa sadar, kerja sang
tukang cukur kepada konsumennya telah selesai & terjadilah transaksi pembayaran.
Tanpa
sepengetahuan sang tukang cukur, konsumennya tadi rupanya adalah seorang yg beragama
& sangat baik ilmu agamanya. Setelah pembicaraan & pengerjaan
pencukuran rambut, sang konsumen pun keluar dari tempat cukur tersebut. Sebelum
melanjutkan langkahnya dari depan pintu tempat cukur tadi, sang konsumen
melihat ke sekitar lingkungan terlebih dahulu. Rupanya, masih cukup banyak
orang-orang yg berambut panjang, berkumis dan/atau berjenggot panjang serta tak
rapih, berambut bergaya aneh, dsb.
Setelah
pemantauan sang konsumen tukang cukur tadi, ia masuk kembali ke dalam tempat
cukur yg baru saja disinggahinya seraya berkata, “Saya rasa, tak ada tukang
cukur di dunia ini. Karena saya lihat barusan, cukup banyak orang-orang yg
berambut, berjenggot, & berkumis panjang & tak rapih.” Pembicaraan baru
pun, dimulai.
Mendengar
perkataan konsumennya tadi, sang tukang cukur pun naik pitam seraya berkata,
“Apa, Anda bercanda? Tak salah bicara Anda tadi?! Di sini, saya, saya tukang
cukur terkenal di sini & banyak konsumen yg telah berlangganan di
lingkungan sekitar sini kepada saya, termasuk Anda. Mengapa mereka seperti itu?
Ya, karena mereka tak datang kepada saya, menghiraukan kerapihan & panjang
atau tidaknya rambut atau jenggot & kumis mereka. Ya, itu salah mereka
sendiri!”
Dengan
tenang & tersenyum, sang konsumen berkata, “Nah, itu Bapak mengerti. Betul,
itu salah mereka sendiri, mengapa mereka tak mempedulikan kerapihan diri mereka
sendiri. Mereka mengabaikan sosok tukang cukur, semisal Bapak. Sama, dengan keberadaan
Tuhan. Banyak saat ini, orang yg miskin, kacau hidupnya, bertindak korupsi yg
hina sehingga merugikan negara & masyarakat umum, terjadi tindakan-tindakan
kriminal, pembunuhan, & bahkan peperangan. Padahal, memang kegiatan &
tindakan-tindakan seperti itu justru hanya akan merugikan diri mereka sendiri,
tak membuat tenang, atau bahkan membahagiakan orang lain. Lalu, prihal orang yg
miskin & kacau hidupnya, para koruptor, para pelaku tindak kriminal, dll, itu terjadi karena mereka tak ingin meminta
sesuatu kepada-Nya & tak mengakui keberadaan Tuhan yg senantiasa mengawasinya. Ya, samalah dengan para
pemilik rambut, jenggot, & kumis panjang & berantakan, yg mengabaikan
keberadaan para tukang cukur.” Mendengar itu, sang tukang cukur diam, merenungi
semua perkataan konsumennya.
“Oke,
saya pamit dulu ya Pak, terima kasih atas pembicaraan yg telah Bapak mulai
& pengerjaan pencukuran rambut saya. Tetap, saya ga akan mengusik keyakinan
Bapak prihal Tuhan, itu adalah hak Bapak untuk memilih & berpendapat.
Namun, saya adalah orang yg beragama & percaya akan keberadaan Tuhan.
Sekitar sebulan lagi, saya akan datang kembali ke sini, biasa...pelanggan setia
hehe”, akhir perkataan sang konsumen. Masih dalam ke-enggan-an berbicara, sang
tukang cukur masih terdiam merenung.
Rupanya,
apa yg dikatakan konsumennya terhadapnya, telah mengubah diri sang tukang cukur
untuk selamanya, setelah perenungan panjangnya selama seminggu bahkan
disela-sela ia mencukur konsumen lainnya. Maka, sesuai dengan janji sang
konsumen, ia pun datang kembali ke tempat cukur langganannya & melihat
banyak perubahan berarti pada diri sang tukang cukur.
Tak
lama setelah itu, sang tukang cukur & konsumennya sering berdiskusi &
bertukar ilmu prihal agama & tips-tips mencari ketenangan hidup lewat
agama. Bahagia selamanya, selesai.
Hikmah
yg bisa kita ambil dari kisah di atas adalah bahwa sejatinya apa yg kita lihat
di depan mata belum tentu pasti benar. Namun, lihat jugalah ke dalam diri –
hati, sebelum membuat suatu keputusan & dinyatakan dengan kata-kata. Sama
halnya dengan kita memandang hidup, tak semua yg bisa kita lihat dengan kasat
mata adalah yg nyata & benar. Padahal, masih ada suatu kekuatan tak
terlihat yg bahkan dengan meyakini & mengakui keberadaan kekuatan tersebut,
kita bisa mengubah segalanya. Itulah pengakuan prihal kebenaran agama & keberadaan Tuhan. Mohon
maaf bila ada hal yg kurang berkenan & moga bermanfaat (aamiin), terima kasih.
(Sedikit kisah yg dikutip dari Ceramah Jumat tgl 5 April
2013)
Komentar
Posting Komentar